Cinta Ayah Luar Biasa

Seberapa tinggikah cinta seorang ayah pada anaknya? Belajarlah pada Dick Hoyt. Dick (kelahiran tahun 1940) memiliki anak yang dilahirkan pada tahun 1962. Namanya Rick. Ia menderita kelainan otak yang membuat perkembangan tubuhnya tak sempurna. Bahkan Rick tak bisa jalan.

Suatu ketika setelah Rick remaja, ia membaca majalah yang menginformasikan akan ada lomba lari sejauh 5 mil di kotanya (Boston, AS) dan meminta ayahnya ikut serta. Meskipun bukan atlet, Dick setuju. Dick bahkan membawa serta Rick dalam perlombaan itu dengan cara mendorong Rick di atas kereta dorong selama berlomba. Dari sinilah mereka dikenal sebagai
"Team Hoyt".

Saat itu usia Dick sudah 37 tahun yang tentu saja tak muda lagi untuk olahraga adu stamina. Namun Dick tak mau mengecewakan anaknya. Bahkan setelah lomba pertama
Team Hoyt mengikuti lomba-lomba berikutnya. Dick terus berlatih agar staminanya meningkat. Dari tekad dan kecintaan pada anaknya itu, Dick tampil menjadi ayah yang luar biasa. Fisiknya kuat dan bisa mengalahkan atlet yang jauh lebih muda.

Team Hoyt mulai ikut lomba tahun 1977. Ketika mengikuti Boston Marathon tahun 2009, mereka membukukan catatan ikut lomba ke-1000 kali (termasuk maraton dan triatlon). Padahal saat itu usia Dick hampir 70 tahun.

Ketika lomba triathlon saat sesi berenang, Rick ditarik Dick dalam perahu karet. Ketika balap sepeda, Rick ditarik di atas kursi roda. Meskipun menambah beban lari, bersepeda atau berenang, Dick bisa mengatasinya. Luar biasa!



Source : Andriewngso.com

Read More...

Menulis Di Atas Pasir

Di pesisir sebuah pantai, tampak dua anak sedang berlari-larian, bercanda dan bermain dengan riang gembira. Tiba-tiba, terdengar pertengkaran sengit di antara mereka, salah seorang anak yang bertubuh lebih besar memukul temannya sehingga wajahnya menjadi biru lebam. Anak yang dipukul seketika diam terpaku.
Lalu...

dengan mata berkaca-kaca dan raut muka marah menahan sakit, tanpa berbicara sepatah katapun, dia menulis dengan sebatang tongkat di atas pasir
"Hari ini temanku telah memukul aku !!!"

Teman yang lebih besar merasa tidak enak, tersipu malu tetapi tidak pula berkata apa-apa. Setelah berdiam-diaman beberapa saat, ya ..dasar-anak-anak, mereka segera kembali bermain bersama.

Saat lari berkejaran, karena tidak berhati-hati, Tiba-tiba, anak yang dipukul tadi terjerumus ke dalam lobang perangkap yang dipakai menangkap binatang "Aduh.... Tolong....Tolong!" ia berteriak kaget minta tolong. Temannya segera menengok ke dalam lobang dan berseru
"Teman, apakah engkau terluka? Jangan takut, tunggu sebentar, aku akan segera mencari tali untuk menolongmu".

Bergegas anak itu berlari mencari tali. Saat dia kembali, dia berteriak lagi menenangkan sambil mengikatkan tali ke sebatang pohon,

"Teman, Aku sudah datang! Talinya akan kuikat ke pohon, sisanya akan ku lemparkan ke kamu, tangkap dan ikatkan dipinggangmu, pegang erat-erat, aku akan menarikmu keluar dari lubang".

Dengan susah payah, akhirnya teman kecil itupun berhasil dikeluarkan dari lubang dengan selamat. Sekali lagi, dengan mata berkaca-kaca, dia berkata,

"Terima kasih, sobat!". Kemudian, dia bergegas berlari mencari sebuah batu besar dan berusaha menulis di atas batu itu
"Hari ini, temanku telah menyelamatkan aku".

Temannya yang diam-diam mengikuti dari belakang bertanya keheranan,

"Mengapa setelah aku memukulmu, kamu menulis di atas pasir dan setelah aku menyelamatkanmu, kamu menulis di atas batu?"

Anak yang di pukul itu menjawab sabar,

"Setelah kamu memukul, aku menulis di atas pasir karena kemarahan dan kebencianku terhadap perbuatan buruk yang kamu perbuat, ingin segera aku hapus, seperti tulisan di atas pasir yang akan segera terhapus bersama tiupan angin dan sapuan ombak.

Tapi ketika kamu menyelamatkan aku, aku menulis di atas batu, karena perbuatan baikmu itu pantas dikenang dan akan terpatri selamanya di dalam hatiku, sekali lagi, terima kasih sobat".


kesimpulan,

Hidup dengan memikul beban kebencian, kemarahan dan dendam, sungguh melelahkan. Apalagi bila orang yang kita benci itu tidak sengaja melakukan bahkan mungkin tidak pernah tahu bahwa dia telah menyakiti hati kita, sungguh ketidakbahagiaan yang sia-sia.

Memang benar.... bila setiap kesalahan orang kepada kita, kita tuliskan di atas pasir, bahkan di udara, segera berlalu bersama tiupan angin, sehingga kita tidak perlu kehilangan setiap kesempatan untuk berbahagia.

Sebaliknya.. tidak melupakan orang yang pernah menolong kita, seperti tulisan yang terukir di batu. Yang tidak akan pernah hilang untuk kita kenang selamanya.

;)



Oleh : Andrie Wongso
Read More...